Rabu, 19 September 2012

Pertemuan Kami Untuk Perpisahan Kami


Ada perasaan janggal yang ku rasakan saat ini, sesaat setelah kebahagiaan ku bersama beliau. Tak ku mengerti apa perasaan janggal itu, tapi sekarang perasaan itu berbaur mengganggu ketenangan ku disepanjang perjalanan pulang menuju rumah.

           Baru saja aku mengantar Mama ke bandara, beliau mau bepergian ke Jakarta. Entah mengapa beliau mau pergi kesana setelah sebelumnya tidak pernah bepergian dari rumah meninggalkan anak-anaknya. Selama perjalanan mengantar beliau ke bandara, entah kenapa perasaan rindu kian menusuk jantung. Sepanjang jalan ku peluk dan ku genggam erat tangan beliau, tak mau ku lepaskan walau sedetik. Ada perasaan rindu yang kian menggebu-gebu didalam diri ini, entahlah tapi itu begitu nyata.

           Apakah hanya aku yang merasakan perasaan seperti ini? Kenapa kaka-kaka ku yang lain terlihat sangat santai dan biasa-biasa saja. Perasaan rindu kepada siapakah yang sedang kurasakan kini? Begitu menusuk, dan sangat menyakitkan. Setau ku, aku tidak memiliki seseorang yang mungkin saja kurindukan kedatangannya saat ini disamping ku. Kalaupun ada itu mungkin saja Abah, Ayahku yang meninggal saat aku berumur 3 tahun. Aku begitu merindukan beliau dan sangat ingin bertemu dengannya.

          Dapat ku lihat disamping ku sesosok wanita cantik yang merawat dan membesarkan ku selama ini, tapi mungkinkah aku merindukannya? Selama ini dia bahkan tidak pernah meninggalkan rumah untuk pergi jauh, kalaupun untuk pergi jauh dia juga membawa serta gadis kecilnya ini bersamanya. Ya, aku adalah gadis kecil dari wanita yang sangat cantik itu. Walaupun umurku sudah tidak pantas lagi untuk disbut sebagai gadis kecilnya, tapi dia tetap memperlakukanku seperti anak kesayangan yang selalu ingin diperhatikannya.

          Sebenarnya aku juga merasa ada hal yang tidak beres dengan Mama, aku seperti sudah kehilangan beliau beberapa tahun teakhir ini, tak terlalu nampak oleh ku wajah beliau dimataku, tak ku rasakan hangatnya peluk beliau dibadan ku, dan tak ku dapat raih beliau dengan usapan lembut jemari ku. Aku bingung, atau hanya aku yang merasakan seperti itu karena kaka-kaka ku terlihat biasa saja saat berhadapan dengan beliau.

          Canda gurau membawa serta keberangkatan kami menuju bandara untuk kepergian beliau, tak ku sangka aku begitu senang berada disamping beliau, membicarakan apa saja yang ingin ku sampaikan kepadanya, menceritakan apapun yang ingin ku bagi kepadanya. Tak pernah ku rasakan bahagia seperti itu selama ini, bukan karena kepergian beliau meninggalkan kami anak-anaknya sehingga aku dapat merasa bebas tanpa beliau yang sering menegurku agar tidak melakukan hal yang membuat dirinya khawatir. Tapi lebih karena rasa rinduku yang aku tidak mengerti seolah tertuju kepada beliau.

          Sekarang sampailah kami di bandara, tentu saja untuk berpisah dengan beliau, Mama ku tercinta ini. Kami pun berpelukan dengan sangat erat seolah tidak mau berpisah. dalam peluknya beliau mengatakan “Jaga diri baik-baik ya sayang, Mama akan menjagamu..” Sentaklah aku merasa kaget dengan ucapan beliau, tapi tak lekas ku berfikiran negatif atas perkataan beliau itu. Hanya diam ku yang membawa kepergian beliau saat menaiki pesawat yang lantas terbang tinggi.

          Diperjalanan pulang, perasaan yang sangat keras menusuk jantung ini terasa lagi. Entah apapun itu tapi sangat menyakitkan, aku berfikir keras menemukan jawaban apa yang tepat untuk perasaan ku ini.

Tak lama setelah itu terdengar suara yang memanggil nama ku, suara yang tak asing bagiku, ya suara kaka ku sebagai tanda aku harus lekas bangun dan segera mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah.

Setelah teriakan itu, barulah aku sadar akan perasaan ku, perasaan rindu yang menggebu-gebu dan menusuk jantung ini adalah perasan rindu ku terhadap Mama, orang yang ku jumpai di dalam mimpi setelah selama kurang lebih 3 tahun ini tak terlalu nampak oleh ku wajah beliau dimataku, tak ku rasakan hangatnya peluk beliau dibadan ku, dan tak ku dapat raih beliau dengan usapan lembut jemari ku. Dan barulah aku sadar selama kurang lebih 3 tahun ini beliau juga telah meninggalkan kami anak-anak beliau untuk selamanya.

Rasa rinduku yang berlebih ini mungkin juga dirasakan oleh beliau, merindukan gadis kecil yang selalu ingin diperhatikannya setiap saat. Saat tak bisa lagi kami bertatap muka, bercerita bersama dan tertawa bersama. Hanya mimpi yang mempersatukan kami walau kami bertemu hanya untuk berpisah lagi..

Untuk Mama yang akan selalu kurindukan kedatangannya..